Ada Tiang Listrik Di Bahu Jalan, Gubernur Berang!
BAHU
Jalan yang ‘ditumbuhi’ tiang listrik ini sempat menelan korban jiwa
hingga tewas, kata Bupati Buol Amran Batalipu. Olehnya, diharapkan pihak
Kimpraswil Sulteng bertanggujawab dalam membangun jalan Negara yang
diperkirakan senilai Rp17 miliar itu. FOTO: ANDONO WIBISONO/MS
PALU, MERCUSUAR - Pembangunan Jalan Negara sepanjang Sembilan
Kilometer (KM) dari wilayah Bodi – Paleleh Kecamatan Paleleh Kabupaten
Buol ternyata ada yang aneh. Di bahu jalan proyek itu terdapat tiang
listrik yang sangat membahayakan pengguna jalan. Akibatnya, satu
pengendara motor tewas!
Tak tanggung-tanggung, jumlah tiang listrik itu berjumlah 32 tiang.
Yang masuk ke bahu jalan sebanyak delapan tiang. Rawannya jalan itu
karena pembangunan jalannya sudah nampak mulus dan berkelok-kelok.
Demikian investigasi langsung koran ini di lapangan (7/9) bersamaan
dengan kunjungan Gubernur HB Paliudju dan Bupati Buol Amran Batalipu ke
Paleleh meresmikan kantor cabang pembantu BPD Sulteng.
Tak dipindahkannya tiang listrik dari bahu jalan tersebut
menunjukkan betapa lemahnya pengawasan baik yang dilakukan pihak ketiga
(PT Jakarta Rencana Selaras) dengan pihak satuan kerja (Satker)
Pembangunan Jalan Negara serta Kepala Dinas Kimpraswil Sulteng. Selain
pengawasan, yang patut juga disorot yaitu perencanaan pembangunan jalan
negara di instansi terkait provinsi. ‘’Harusnya kan dianggarkan dalam
RAB. Karena PLN tidak ada dana. Bila tidak dianggarkan alasannya, maka
perencanaan yang amburadul,’’ tandas Bupati Amran Batalipu ketika
dimintai komentarnya. Ia juga sangat menyesalkan, akibat pembangunan
jalan itu yang tidak terencana baik, warga tewas menabrak tiang listrik.
Ada beberapa pekerjaan pembangunan jalan di wilayahnya yang juga
bersentuhan dengan keberadaan tiang listrik. Tapi, karena diplot
anggaran untuk pemindahan tiang listrik ke pinggir jalan, maka hal itu
dapat teratasi. ‘’Masalahnya, apakah ada kemauan untuk membangun lebih
baik dan tidak membahayakan masyarakat. Anda bisa menilai sendiri,’’ aku
Bupati yang PAD-nya naik hingga ratusan persen dalam tempo dua tahun
kepemimpinannya.
Menurut sumber koran ini, ketika melintas di jalan tersebut,
Gubernur HB Paliudju sempat berang melihat pembangunan jalan itu.
‘’Gubernur sempat marah-marah dengan kata-kata Nadoyo,’’ tutur sumber
meyakinkan. Paliudju juga sempat menyaksikan rusaknya poros jalan
Paleleh – kecamatan terujung Sulteng yang berbatasan dengan Provinsi
Gorontalo.
Di sisi lain, proyek pembangunan Jalan Bodi – Paleleh ini juga papan
proyeknya tidak memenuhi azas transparansi. Papan proyek yang sempat
diabadikan koran ini tidak menyebut jumlah anggaran pembangunannya. Isi
papan proyek hanya memuat panjang efektif dan panjang fungsional jalan,
tanggal kontrak dan SPMK, waktu pelaksanaan, waktu pemeliharaan dan
kontraktor pelaksana serta konsultan pengawas.
Sementara pihak pelaksana proyek, PT Bina Konstruksi Utama yang
dikonfirmasi belum dapat dikonfirmasi. Data dari lpjk.org.com bahwa
kontak teleponnya 0421 – 22xxx tidak diangkat kala dihubungi. Demikian
pula dengan pihak konsultan pengawas PT Jakarta Rencana Selaras
021-7252xxx di Jakarta.
RUSAK PARAH
Parahnya jalan negara di wilayah Kabupaten Buol memang tergolong
sangat parah kerusakannya. Tidak hanya tak beraspal. Tapi sebagian
lubang dan longsor. Hal ini mengakibatkan biaya ekonomi tinggi. Seperti
jalan Negara Desa Lakuan Buol, Desa Lakea 1, Desa Lakea 2, Desa Bukaan
dan Desa Tuinan di Kecamatan Biau. Bahkan diselorohkan ‘’Dari Selamat
Datang sampai Selamat Jalan seluruh Jalan Rusak Parah’’
Ha ini tidak mengada-ngada. Harian Kompas pernah melansir kerusakan
jalan Negara di wilayah Sulawesi. Termasuk Sulteng (Kompas; 22 Desember
2008).
Di Sulawesi Tengah, di poros Buol-Parigi Moutong, fisik jalan
sepanjang 40 kilometer tak hanya hancur, tetapi pada titik tertentu
tertimbun longsoran material batu dan tanah setinggi 1 meter dari tebing
kiri-kanan jalan.
Di Sulteng seluas 774 km jalan rusak.
Mantan Kepala Sub-Dinas Tata Ruang, Bina Program, dan Pengendalian,
Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Sulteng Yanmar Nainggolan seperti
dikutip dari Kompas, mengatakan, anggaran dari APBD provinsi untuk
pengadaan infrastruktur jalan hanya Rp 80 miliar-Rp 100 miliar per
tahun.Untuk pemeliharaan jalan, dengan biaya minimal Rp 10 juta per
kilometer, setiap tahun dibutuhkan dana hingga Rp 35 miliar. Menurut
Yanmar, untuk peningkatan jalan, dibutuhkan biaya Rp 800 juta-Rp 1
miliar per km per tahun. Pembangunan jalan baru akan makan biaya Rp 2
miliar-Rp 2,5 miliar per km per tahun. Ia menunjuk contoh jalan Provinsi
Sulteng panjangnya 2.037 km, tetapi anggaran pemeliharaannya hanya Rp
20 miliar-Rp 35 miliar.FAA/* | sumber :http://www.harianmercusuar.com | | | | |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar